Bong San Bun
“Buku ini lahir dari pergumulan pribadi yang panjang dalam hal problem psikis. Penulis menjadikan teologi sebagai landasan, disertai ulasan psikiatri dan memberikan saran-saran praktis bagi para penderita depresi.”
Pdt. Bong San Bun
Habis Gelap Terbitlah Terang!
Ketika Kerajaan Allah datang dan hadir di dalam hidup orang percaya maka inilah pengharapan bagi orang percaya yang bergumul di dalam malam gelap jiwa.
Dalam buku Terang Allah di tengah Kegelapan, Jeffrey memberikan refleksi teologis dan kesaksian mengenai anugerah Allah yang memberikan pengharapan dalam menghadapi pergumulan malam gelap jiwa yang ia alami selama 25 tahun lebih. Semakin lama, terang Allah itu ternyata semakin bercahaya di dalam kehidupan Jeffrey sehingga kemenangan demi kemenangan iman dapat terus dialaminya karena kemurahan Tuhan. Dari iman kepada iman. Dari anugerah kepada anugerah. Dari kekuatan kepada kekuatan. Dan, semuanya untuk kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus.
Buku ini berisi berbagai pengalaman, kesaksian, serta perenungan yang disertai dengan beberapa ekspresi, seperti puisi, doa, refleksi, dan nyanyian dalam menghadapi malam gelap jiwa yang ia hadapi.
Jika Jeffrey ditolong Tuhan maka pembaca di dalam Kristus yang mengalami pengalaman serupa juga dapat ditolong oleh-Nya..
Jeffrey Lim, B,Comp, M.C.S lahir di Bandung. Alumni SD St. Yusuf Sukajadi tahun 1992, SMP Aloysius tahun 1995, SMA Aloysius tahun 1998, University of Technology, Sydney (2003), dan Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Internasional (2014). Jeffrey adalah seorang hamba Tuhan yang mendirikan pelayanan IT4God Club, yaitu Biblical Computing dan IT Training Club untuk anak-anak dan remaja, mendirikan pelayanan Nepho Ministry, aktif dalam membawakan firman dan renungan serta melayani di pelayanan remaja. Jeffrey menikah dengan Laura Lee, seorang dokter umum dan akupuntur, dan mereka dikaruniai seorang putri bernama Fidelia Charis.
“Buku ini lahir dari pergumulan pribadi yang panjang dalam hal problem psikis. Penulis menjadikan teologi sebagai landasan, disertai ulasan psikiatri dan memberikan saran-saran praktis bagi para penderita depresi.”
Bersyukur dan kagum untuk karya hidup yang bisa dibaca dan menjadi terang harapan bagi siapa saja di antara kita. Suatu ungkapan perjalanan jujur seorang penyandang penyakit mental (stigma bagi dunia kita) yang menyebabkan penderitaan, pergumulan, dan perjuangan tak terkatakan bagi sang penyandang dan keluarganya. Uraian Penulis bukan sekedar pengetahuan terpadu dan terintegrasi secara teologis, tetapi juga penghayatan Iman yang sangat pribadi dan otentik, bersama keluarganya dan komunitasnya.
Mengingat pernyataan WHO ada 20-25% orang dewasa, 17% anak remaja, 10% anak-anak tiap tahun bergumul dengan Gangguan Kesehatan Mental (Mental Illness), Karya Hidup Jeffrey Lim, sesuai judulnya bisa menjadi inspirasi sekaligus panduan, bagi siapa saja yang terkait langsung dengan penyakit mental. Atau yang peduli dengan pergumulan sekitar penyakit mental, suatu kondisi yang bukan kesalahan siapapun, tapi dampak keberdosaan manusia dan dunia yang tetap dikasihi Tuhan Allah Pencipta, Penebus dan Pemiliknya.
“Di balik kegelapan hidup seorang Jeffrey Lim, memancar sinar kemuliaan TUHAN yang sejati.”
“Saya membimbing Jeffrey dalam penulisan tesisnya di STTRII dari awal sampai selesai dan diujikan. Proses pembimbingan yang memakan waktu dua tahun itu disela oleh beberapa bulan ketika Jeffrey tidak dapat menulis karena gangguan kesehatan akibat obat-obatan yang harus diminumnya, dan beberapa bulan ketika Jeffrey mengalami masa yang sangat gelap akibat gangguan kejiwaannya. Suatu pagi, seperti biasa saya menyetir di jalan tol menuju kampus STTRII. Tiba-tiba arus kendaraan mengalami kemacetan parah, karena kecelakaan yang terjadi pada sebuah truk panjang pengangkut batang baja di depan. Saya berada di jalur paling kanan. Ketika menengok ke kanan, saya melihat di langit gumpalan awan yang sangat gelap, seolah hujan lebat akan turun. Namun yang aneh, di kejauhan langit tampak terang dan tidak ada awan. Saya heran. Sekitar setengah jam saya berada dalam kemacetan itu, sambil berulang kali menengok ke arah awan gelap di sebelah kanan saya. Kemudian sesuatu yang mengherankan terjadi. Di tepi awan gelap itu terlihat cahaya terang berwarna keemasan membingkai mengelilingi awan tersebut. Ah, itulah cahaya matahari, yang tetap berada di tempatnya di balik awan gelap, tidak berubah, tidak berpindah, tetap menyinarkan cahayanya yang tidak dapat dihalangi oleh awan segelap apa pun. Merenungkan “penampakan” tersebut, saat itu saya terpikir, apakah ini berhubungan dengan pergumulan hidup Jeffrey, dan penulisan tesis yang sedang diperjuangkannya.
Setelah Jeffrey lulus, dan sampai hari ini, saya yakin bahwa Allah yang Maha Pengasih, yang teramat mengasihi Jeffrey dan keluarganya, saat itu ingin memberikan konfirmasi bahwa di balik awan gelap hidup dan pergumulan jiwa Jeffrey, Allah yang tidak pernah berubah tetap ada di sana, bagaikan matahari yang tetap menyinarkan cahayanya dan tidak terhalangi oleh awan segelap apa pun. Buku ini, Jeffrey, merupakan konfirmasi kehadiran dan kehangatan cahaya matahari Allah yang kekal itu serta karya-Nya di dalam hidupmu.”
“Buku ini tidak memuliakan diri penulis. Buku ini memuat proklamasi bahwa hanya Allah satu-satunya dapat mengubah kegelapan menjadi terang. Setiap pemaparan teologis, filosofis maupun kesaksian hidup penulis membawa pesan yang transformasional, yaitu hanya oleh kekuatan Allah, beliau sanggup mempercayai penyertaan Tuhan dalam melewati segala keadaan. Bacalah buku ini. Sangat memberkati!”
“Saya mengenal Jeffrey dari sosial media dan terkesan dengan kejujuran, keterbukaan, dan pelayanannya. Pertemanan kami berawal dari Facebook yang terus berlanjut interaksi dengan projek pelayanan, Zoom Meeting, dan saling berbagi di WhatsApp. Membaca buku ini mengingatkan saya kepada buku dari Simone Weil yang berjudul “Gravity and Grace” di mana saya mendapatkan perbedaan dan keunggulan utama Kekristenan terletak pada fakta bahwa Kekristenan tidak [saja] mencari obat spiritual untuk penderitaan tapi mencari kegunaan spiritual untuk penderitaan. Buku ini membahas baik obat spiritual dari penderita depresi maupun kegunaan spiritual dari depresi. Ungkapan jujur dari Jeffrey dalam berbagai bentuk genre literature dari prosa akademik yang panjang, esai pendek, puisi, himne, refleksi, kesaksian serta banyak bentuk lainnya, membawa pembaca awam kepada teologi Reformed Injili dan makna depresi dari berbagai sudut pandang. Jeffrey dalam malam gelap jiwanya menjelajah ke berbagai solusi dari psikologi, pengobatan modern, dan alternatifnya. Bab yang paling berkesan buat saya pribadi adalah kegunaan depresi dalam rumah sakit yang mengubah paradigma dan mindset sebagai obyek penderita (victim) menjadi pelayan Tuhan yang beristirahat sekaligus efektif berbagian dalam pekabaran Injil dan kesembuhan orang lain. Bab ini unik sekaligus komprehesif namun tidak pernah saya baca di buku mana pun. Sekilas orang mungkin tidak tertarik membaca kelemahan pribadi yang terluka dipaparkan demikian terbuka dan begitu lugas, namun, di balik itu semua, saya melihat pekerjaan Tuhan yang luar biasa yang tidak mungkin dilakukan kebanyakan orang melalui seorang Jeffrey Lim dalam buku ini seperti Injil yang terbuka.”
“Sebuah buku yang jujur dan didasari oleh pergumulan yang nyata. Kiranya bisa menjadi berkat dan penghiburan bagi banyak orang”
“Terang Allah di tengah kegelapan, satu tulisan inspiratif yang luar biasa dari Jeffrey Lim yang pernah mengalami gangguan mood Bipolar, dalam penderitaannya berhasil berjuang untuk pulih dan mendapat banyak pengenalan yang lebih mendalam akan Tuhan yang dia percayai akan keberadaan Allah dan kuasa-Nya, Jeffrey cukup terbuka menerima kenyataan akan keberadaan dirinya dan keterbukaan ini yang banyak mengubah paradigma dirinya, berusaha mengenali gangguan yang dialami melalui buku dan berbagai media dan berusaha mengatasi setiap masalah dan persoalan, dan bisa mencapai setiap anugerah yg sudah Tuhan siapkan untuknya. Buku ini menguatkan iman bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia (Roma 8:28)”
“Kehidupan adalah proses panjang yang tidak mudah. Di dalamnya kita bertemu dengan carut marut antarrelasi yang membuat lelah, kadang putus asa, dan ingin berhenti. Namun, kehadiran Pribadi yang telah membawa kita ke dalam sebuah ikatan kasih, telah membuat kehidupan dan relasi layak ditekuni dan diperjuangkan. Saya merasa sedikit banyak gambaran ini mengingatkan saya akan sosok seorang Jeffrey Lim. Melalui kehidupan Jeffrey, saya melihat lagi keajaiban pekerjaan Tuhan dalam format yang lain. Bersentuhan dengan kehidupan Jeffrey, membuat hati makin memahami karya transformasi penebusan Yesus yang mengubahkan dan memberi harapan. Sungguh sebuah sukacita melihat perjalanan kehidupan Jeffrey, termasuk juga isterinya, Laura, dan buah hati mereka, Fidelia Charis – meski itu adalah perjalanan yang tidak mudah. Dan entah kenapa, selalu ada kehangatan setiap kali mengingat mereka bertiga. Melihat dan membaca buku ini menambahkan lagi sebuah sukacita yang melahirkan ucapan syukur dan pujian atas kebaikan Tuhan dalam kehidupan Jeffrey. Buku ini menunjukkan pergumulan-pergumulan yang sulit namun indah pada waktunya. Buku ini menunjukkan bagaimana soal-soal doktrin dan teologi yang sering dianggap kurang praktis, justru adalah salah satu alat Tuhan yang efektif di tangan sang Penebus. Saya berharap buku ini mendorong lebih banyak orang seperti Jeffrey – yang tetap semangat untuk melengkapi diri dengan pengajaran teologi Reformed dan terus merenungkan Injil Anugerah yang berpusat pada Yesus Kristus – di tengah pasang surut kehidupan. Akhirnya saya berharap dan berdoa, buku ini boleh tiba di tangan mereka yang memiliki pengalaman serupa dengan Jeffrey – untuk membawa mereka berjumpa dengan Yesus yang telah menggembalakan Jeffrey. Saya percaya inilah yang menjadi kerinduan Jeffrey akan kehadiran buku ini, karena itu pula yang menjadi kerinduan setiap orang percaya, perjumpaan dengan Sang Gembala Agung yang datang untuk menyelamatkan kawanan domba-Nya. Soli Deo Gloria”
“Saya mengenal Jeffrey di Sydney dan melayani bersama-sama di gereja Indonesian Presbyterian Church. Kita juga adalah teman serumah selama beberapa tahun sebelum dia kembali ke Indonesia. Dulu kita sering berbagi tentang pergumulan hidup masing-masing dan saya melihat sendiri bagaimana Jeffrey bergumul dengan penyakitnya di masa itu. Bersyukur melihat karya Tuhan dalam kehidupan Jeffrey yang boleh dibagikan lewat buku ini. Bukan hal yang mudah untuk bergumul dengan penyakit mental selama bertahun-tahun dan tetap berpegang kepada janji Tuhan dalam Firman-Nya. Buku ini adalah buku yang sangat jujur dan lahir dari pergumulan pribadi. Sewaktu saya membaca, saya seperti membayangkan Jeffrey sendiri yang berbicara berbicara langsung kepada saya. Sepertinya Jeffrey rindu menjangkau teman-teman yang juga menderita penyakit mental dan mengajak mereka untuk tetap berpegang dan berharap pada Kristus. Buku ini juga adalah buku teologi. Jeffrey menulis banyak doktrin-doktrin Kristen yang dalam tentang Allah, tentang manusia dan tujuan hidup, dan bagaimana Allah mengasihi dan mau menolong manusia termasuk mereka yang bergumul dengan penyakit mental. Pendekatan Jeffrey dalam buku ini menurut saya sangat holistik atau menyeluruh. Dia melihatnya tidak hanya dari sisi rohani, tapi juga dari segi medis dan psikologi karena memang manusia ini kompleks yang terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Komunitas dan keluarga juga sangat berperan besar dalam kehidupan penderita penyakit ini dan penulis tidak lupa untuk memasukkan ini ke dalam tulisannya. Secara pribadi, saya sangat menikmati membaca buku ini. Tidak hanyak tulisan, tapi juga ada biografi, lagu, puisi dan buku ini banyak mengutip ayat-ayat Alkitab. Semua ini digabung dan dikemas dalam satu tulisan yang saya yakin akan memberikan kekuatan, penghiburan, dan pengharapan dalam Yesus Kristus kepada saudara seiman yang bergumul dengan penyakit mental bahwa Tuhan kita mengerti pergumulan mereka, hidup mereka berarti di mata Tuhan dan bisa dipakai untuk kemuliaan Tuhan dan berguna bagi sesama. Soli Deo Gloria”
“Buku ini lahir dari pergumulan pribadi yang panjang dalam hal problem psikis. Penulis menjadikan teologi sebagai landasan, disertai ulasan psikiatri dan memberikan saran-saran praktis bagi para penderita depresi.”
“Orang Kristen mengenal khotbah Charles Spurgeon yang luar biasa. Namun jarang yang mengetahui hari-hari Spurgeon bergumul dengan depresi dan trauma berat yang dialaminya. Lagu William Cowper dinyanyikan di banyak gereja. Tapi tahukah bahwa sang pencipta lagu yang luar biasa itu bergumul dengan keinginan bunuh diri yang mendera. Saya diberi Tuhan kesempatan dalam beberapa waktu, menjadi teman Jeffrey dalam menghadapi pergumulan dalam jiwanya. Dalam pergumulan tidak selalu kita akan menang. Ada kalanya Jeffrey serasa diperangkap dalam kegelapan mendalam. Namun yang saya lihat adalah, Jeffrey selalu melihat cahaya Tuhan, bahkan ditempat yang gelap pekat sekalipun. Mau mencoba, meski ada kalanya gagal. Berusaha bangun, meski terkadang jatuh. Bersyukur juga Tuhan memberikan Laura sebagai istri yang mendampingi dengan setia. Bersyukur bahwa Jeffrey dalam suka duka terus berkarya. Kiranya karya Jeffrey ini sekali lagi menunjukkan kasih setia Tuhan, yang senantiasa menopang dan menguatkan Jeffrey.”
Saya mengucapkan selamat kepada kawan saya Jeffrey Lim untuk terbitnya buku ini. Ada tiga alasan mengapa buku ini menarik untuk dibaca.
Pertama, otentisitas penulis untuk dengan rela menerima keadaan yang kurang suka diterima oleh kebanyakan orang, yakni keadaan diri yang lemah. Jeffrey menulis, “Adalah kenyataan bahwa manusia pada umumnya tidak menyukai kelemahan, kerapuhan, kerentanan, dan kekurangan. Kebanyakan manusia lebih menyukai kekuatan, kesehatan, dan kelebihan.” Tetapi selaras dengan keyakinan Rasul Paulus bahwa di dalam kelemahan dirinya lah justru kasih karunia Allah akan makin bersinar, demikian kelebihan tulisan ini justru terletak pada kejujuran Jeffrey untuk membagikan secara blak-blakan apa yang kurang dapat dibanggakan, bahkan seringkali ditutup-tutupi oleh kebanyakan orang. Dalam sharing kisah-kisah pribadi Jeffrey yang muram suram itulah terang rahmat Tuhan terlihat jelas. Pergumulan dengan kondisi kejiwaan mungkin akan berlangsung seumur hidup, seperti dialami William Cowper. Buku ini tidak menjanjikan “7 langkah untuk menyelesaikan masalah anda tanpa masalah,” tetapi membagikan perjalanan hidup Jeffrey bersama Tuhannya yang setia.
Hal kedua adalah bahwa di dalam tulisan ini Jeffrey membagikan bagaimana dalam pergulatannya dengan masalah depresi, Schizoaffective disorder, bipolar, dan paranoia ia bergulat bukan terutama dengan rasa rendah diri, kemarahan, kekacauan pikiran, mahalnya obat-obatan, atau kesulitan dalam karir, tetapi pergulatan dengan Tuhan sendiri. Sebagai orang yang pernah belajar teologi di sekolah teologi, Jeffrey mengaitkan problem psikologinya dengan konsep-konsep teologi dan menemukan bahwa Kristus dan apa yang Allah kerjakan dalam Yesus Kristus adalah jalan untuk kembali kepada terang, kebaikan, dan kelimpahan hidup. Akar dari segala masalah hidup manusia adalah penolakannya akan Allah yang adalah Kebenaran, Keutuhan, Terang, Kebaikan, Keindahan, dan Kehidupan itu sendiri. Dan apakah lagi yang dapat menolong kita di dalam masalah yang kita hadapi dengan diri Allah ini sendiri? Siapakah lagi Pengantara yang dapat mendamaikan kita dengan Sang Pencipta selain Yesus Kristus? Hal ini mengingatkan kita bahwa sejak bagian pembukaan dari Kitab Kejadian dikisahkan soal Allah yang menciptakan tatanan dunia ini di atas kekacau-balauan (Ibr. “tohu va bohu”) dan kejahatan anak-anak manusia telah menyebabkan kembalinya kekacau-balauan itu pada zaman Nuh, tetapi kita juga melihat bagaimana Tuhan berjanji untuk menjaga agar kekacau-balauan itu tidak lagi membanjiri dunia ini dengan kejahatan dan kematian, dan bahkan ketika kekacauan itu merajalela pun Tuhan menyediakan bahtera (yang di dalam zaman kita seringkali dianggap menunjuk kepada Kristus) untuk menjadi tempat berlindung bagi segala yang hidup. “Kristus adalah jawabannya,” seringkali telah menjadi slogan klise – tetapi sesungguhnya tidak pernah menjadi kebenaran yang usang.
Ketiga, dalam tulisan ini anda melihat bahwa Jeffrey menyertakan banyak puisi, baik yang dikarangnya sendiri maupun yang dikutipnya dari banyak pengarang hymn yang beberapa di antaranya bergumul dengan berbagai kelemahan yang tak kunjung selesai sampai akhir hayat. Kesembuhan bukan hanya datang dari “yang benar” tapi juga “yang indah” dan “yang baik”. Pertolongan dan penghiburan yang dialami Jeffrey dalam perjalanan hidupnya, seperti anda sendiri akan baca, bukan hanya terjadi lewat “perbaikan konsep teologi,” atau “reformasi mindset” lewat konseling, atau bahkan lewat obat-obatan saja – tetapi juga ditopang oleh jejaring perkawanan yang benar-benar mengenal, mengasihi, dan menerima Jeffrey apa adanya. Selain persahabatan, lagu-lagu pujian yang diingatnya di masa-masa penuh pergumulan juga amat menguatkan. Di sini kita melihat bahwa Kebenaran memerlukan Kebaikan, dan Kebaikan itu juga menjadi lebih efektif ketika memunculkan dirinya dalam rupa yang Indah, seperti di dalam bentuk melodi, harmoni, lirik lagu, puisi, dan lain-lain karya seni. Dengan kata lain, kesembuhan bukan hanya mengalir dari perut (lewat obat-obatan yang ditelan), atau dari otak (melalui konsep-konsep yang diluruskan) saja, tetapi juga melalui banyak sarana lain, seperti relasi-relasi sosial dan karya seni. Melalui semuanya itulah Tuhan menyatakan diri dan pertolongan-Nya. Praise God from whom all blessings flow!”
“Puji syukur kepada Allah Bapa, melalui buku terang Allah di tengah kegelapan kita dapat melihat betapa Tuhan begitu baik. Ia menopang kehidupan setiap umat-Nya. Melalui buku ini, ko Jeffrey mengingatkan saya untuk terus fokus kepada karya Kristus di dalam hidup saya. Pusat hidup kita yang terutama adalah Kristus. Terima kasih telah berbagi kepada kami, ko. Kiranya hidup ko Jeffrey terus menjadi perpanjangan kasih Kristus. Jesus bless us.”
“Rasa haru selalu muncul setiap kali saya membaca untaian kalimat dari buku ini. Bagaimana tidak tersentuh ketika saya menyadari betapa sulitnya seorang yang pernah terdiagnosa dengan schizoaffective disorder dan harus mengonsumsi obat-obatan psikotik namun telah berhasil merangkum seluruh proses kehidupannya dan menuliskannya dengan apik dan epic dalam sebuah buku yang begitu memberkati. Dalam perjumpaan Ko Jeffrey (penulis) dengan Kristus, semua gejala dari gangguan mental yang pernah dialaminya telah diproses dan terus disempurnakan. Ko Jeffrey terus berjuang dan terus dimenangkan. Sangat wajar jika penderita gangguan schizoaffective disorder mengalami hambatan yang sangat besar dalam fungsi kehidupannya dan bahkan dampaknya sangat terasa menyulitkan dan membawa derita bagi penderitanya maupun bagi orang – orang terdekatnya, namun Ko Jeffrey telah bermetamorfosa. Ko Jeffrey tidak tinggal diam dengan gangguan mental yang dideritanya. Dengan anugerah kecerdasan yang luar biasa, keinginan kuatnya untuk pulih dan menjadi berkat buat banyak orang, serta dikuatkan oleh cinta kasih dari orang – orang yang Tuhan anugerahkan hadir di sekelilingnya, masih ditambah lagi dengan kehausan akan ilmu dan penerapan teknik – teknik psikoterapi yang dipelajarinya, Ko Jeffrey telah berhasil mengepakkan sayapnya dan menjadi kupu – kupu indah yang menginspirasi banyak orang. Buku ini akan menjadi rekomendasi yang menginspirasi, baik bagi klien-klien di Pusat Rehabilitasi yang kami layani, maupun bagi keluarga penderita dan caregiver-caregiver yang melayani orang dengan gangguan kejiwaan, juga bagi mahasiswa psikologi dan teologi atau siapapun yang tertarik dengan pelayanan kejiwaan. Congratulation, Ko Jeffrey. Terima kasih karena telah terus berjuang, terima kasih telah menceritakan kelemahan dan kerapuhan yang pernah dirasakan, namun tak berhenti dalam kelemahan, sebaliknya telah menyuarakan kemenangan dalam setiap proses pemulihannya. Goresan luka dari hati yang tersakiti, dalam perjumpaannya secara pribadi dengan Kristus, telah diubahkan dan diwujudkan menjadi goresan pena yang menginspirasi”
“Buku ini terbit dari suatu pergumulan jiwa yang berat dan perenungan yang mendalam terhadap Firman Tuhan, serta melalui proses pemulihan yang begitu panjang sehingga sdr. Jeffrey Lim menemukan terang Allah di tengah kegelapan. Buku ini terbit juga dari suatu kerinduan hati untuk menjadi berkat bagi orang-orang yang sedang mengalami pergumulan di tengah kegelapan jiwanya. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan!”
“Bacalah buku ini dan nikmati seperti sedang ngobrol dengan sahabat dan rekan seiman yang peduli.”
“Buku yang sangat inspiratif. Kesaksian hidup Jeffrey memberi pengharapan bagi jiwa yang gelap dalam anugerah Kristus.”
“Terima kasih kepada Tuhan Yesus yang baik yang sudah mendengarkan doa seorang Ibu yang berlutut menyerahkan anaknya kepada Tuhan sejak di dalam kandungan untuk dipakai menjadi hamba Tuhan. Buku ini adalah pergumulan hidup Jeffrey dari sejak menjalani panggilan Tuhan sampai tahun 2023. Kiranya buku ini boleh menjadi berkat bagi banyak orang.”
“Ini buku yang bagus sekali ! Membaca buku ini terasa begitu kuat pergulatan seorang anak Allah yang sungguh menyadari siapa dirinya dan apa yang terjadi pada dirinya. Disentuh oleh kasih dan terang ilahi sehingga timbul terang di dalam jiwa membuat kita mampu bergulat menghadapi segala hawa nafsu yang timbul di dalam jiwa dan melalui jiwa kepada tubuh. Ini adalah teologi dan ketika kita membaca buku ini dan disentuh oleh kasih dan terang ilahi maka kita menjadi teolog yang terus mengisi jiwa kita untuk dipulihkan dan disempurnakan menjadi segambar dan serupa Kristus – Sang Gambar dan Rupa Allah – di mana memang kita diciptakan menurut pola tersebut. Saya merekomendasi Anda membaca buku ini sehingga kita dapat menemukan jati diri dari jiwa kita yang sesungguhnya. Terima kasih kepada Jeffrey Lim yang dengan tulus dan jujur berbagi kesaksian dan teologinya kepada kita semua. Tuhan Yesus Kristus sertai kita semua dalam mengarungi samudera hidup ini bersama dengan Allah Bapa dan Roh Kudus. Amin!”
“Saya mengenal Jeffrey pertama kalinya 2007 saat berada di dalam asrama yang sama di Institute Reformed Jakarta, dan hingga hari ini saya sama sekali tidak dapat merasakan berapa besar kesulitan hidup yang dia alami. Tetapi saya melihat serta menemukan secara nyata di dalam kehidupannya Jeffrey bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya. Kekuatan & kuasa Injil yang memancar keluar dari dalam hidupnya Jeffrey, yang juga selalu mengingatkan saya kisah hidupnya William Cowper dengan himnenya ’God Moves in a Mysterious Way’.”
“Bersyukur mengenal Jeffrey dalam seminari, menyaksikan pergumulan dengan dirinya selama bertahun-tahun, sampai akhirnya Jeffrey dipimpin Tuhan dalam menjalani realita di dalam terang Firman Tuhan sebagai jawaban final dengan pergumulannya. Beberapa kali saya menemani Jeffrey di saat malam gelap jiwa yang dialaminya dan bergumul bersama serta berbagi hidup, di mana kenangan ini menjadi salah satu bagian yang tidak akan pernah dilupakan Jeffrey. Kiranya buku ini dapat mendorong kita untuk saling melayani dan memulihkan di dalam keluarga Allah.“
“Dunia ini adalah tempat gelap yang membutakan, begitu gelap dan terasa nyaman dimana kita menyakiti diri sendiri dan saling menyakiti satu sama lain sepanjang waktu. Musuh kita bersama adalah dunia ini, kedagingan kita sendiri dan roh jahat. Alkitab telah memperingatkan kita tentang sistem dunia ini dan penguasanya. Di dalam surat 1 Yohanes 2:15-17 dikatakan : “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.”. Kita membutuhkan terang untuk melawan dunia yang gelap itu, yaitu kasih Allah. Tuhan Allah bekerja melalui Firman-Nya dan melalui umat-Nya. Saya bersyukur untuk teman saya, Jeffrey Lim, teman masa kecil saya, untuk bukunya dan kesaksiannya. Kiranya Tuhan memakai dia untuk menjangkau orang-orang dan menjadi terang bagi mereka yang mencari jalan keluar dari depresi menuju kepada kebebasan di dalam Kristus.”
“Jeffrey adalah seseorang yang tangguh dan hatinya selalu haus akan Tuhan. Di dalam segala keterbatasannya, Jeffrey konsisten selalu mengejar ingin menerobos mengenal Tuhan dan mengalami kehadiran Tuhan secara nyata. Saya terkesan dengan sikap Jeffrey mengejar ingin mengenal Tuhan. Melalui upaya sebuah refleksi Teologis yang praktis kali ini dari perjalanan dan pengalaman hidup Kristen yang nyata, seperti dikisahkan dalam buku ini, Jeffrey mengajak kita melakukan eksplorasi mengenal Tuhan dan mengenal diri dengan cara pendekatan yang unik. Mengenali keterbatasan kita, mengenali dampak kejatuhan sebagai akar pangkal segala kerumitan hidup manusia, serta mengenali betapa ajaibnya anugerah Allah yang melampaui keterbatasan manusia.
Mengenali dan menemukan keindahan keterbatasan kita, ternyata bisa diolah dan dipakai oleh Tuhan secara ajaib dan unik di dalam Kerajaan Nya. Saya ada kesempatan interaksi dengan Jeffrey semasa dia studi di STTRII, saya tidak henti mengagumi Tuhan yang memakai Jeffrey dengan segala keajaiban kasih karunia-Nya. Doa saya semoga buku ini menjadi berkat bagi banyak orang; sebagaimana juga hidup Jeffrey sudah memberkati banyak orang. Saya ketika membaca buku ini, sangat diberkati oleh karena melihat keajaiban jejak tangan kasih karunia Tuhan di dalam kehidupan Jeffrey seperti yang dituangkan dalam buku ini. Saya mendorong setiap orang tua, terutama mereka yang memiliki anak berkebutuhan khusus, untuk membaca buku ini, dan saya percaya mereka akan sangat diberkati. Juga kita setiap orang Kristen akan diperkaya sehingga melihat kehidupan Kristen kita dengan perspektif yang berbeda, tidak sama lagi. Selamat Jeffrey, Pujilah Tuhanmu, Pujilah Allah kita! Soli Deo Gloria!”
“Terang Allah datang, kegelapan pun sirna. Terang Allah yang sejati dibutuhkan oleh semua orang dan Tuhan Yesus Kristus adalah Sang Terang Dunia, jawaban atas kegelapan jiwa manusia. Bacalah buku ini dan saya berharap pembaca mendapatkan inspirasi bagaimana Tuhan dapat mengubah hidup seseorang dari gelap kepada terang.”
Yesaya 42:3-4 (TB) Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum.
Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.
Sering kita mendengar kesaksian, setelah menerima Tuhan Yesus, dipenuhi dengan suka cita, selesai. Setelah itu ada pergumulan yg tidak pernah dibagikan lagi.Faktanya setelah menerima Tuhan, banyak anak Tuhan mengalami peperangan seperti yang dialami Ev. Jeffrey Lim.
Buku ini berisike saksian setelah menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan Dan juru Selamat, justru diizinkan bergumul dalam segala kesulitan. Buku ini mengajarkan kita meliat berkat Dan kasih Tuhan ketika kita di dalam kesulitan. Saya bersyukur diijinkan melihat jatuh bangun di dalam relasi beliau dengan Tuhan, keluarga, dan sesama.
Kondisi Ev. Jefrey persis seperti
1. Bulu lemah terkulai,
2. sumbu yang berasapDari hidup Jefrey, saya lihat Tuhan setia dengan janjiNya, Tuhan tidak patahkan bulu yg lemah terkulai dan Tuhan tidak padamkan sumbu berasap dari Ev. Jefrey
Bersyukur Tuhan berikan Istri Jeffrey yang baik sekali. Dengan setia, sabar, menemani Jeffrey di dalam suka mau pun duka seperti janji pernikahan yg telah diucapkan. Keluarga kecil Ev Jefrey adalah bukti muzizat dan penyertaan Tuhan yang setia. Tuhan juga ijinkan Jefrey genapkan nubuat selanjut nya, beliau dikirim ke pulau lain utk memberi pengajaran Tuhan menjadi berkat bagi sesama, termasuk memberi berkat melalui buku ini ke seluruh pulau Indonesia. Karena segala pulau mengharapkan pengajaran-Nya.
Tuhan berkati
Dennies Chiaren
Saya juga menderita gangguan mental-bipolar. Buku ini memberi pencerahan yang menguatkan. Salah satu yang paling menguatkan adalah menyadari dan sungguh-sungguh percaya identitas-identitas sebagai anak Tuhan dan janji-janji-Nya sehingga saya terus kuat dalam menjalani hidup hari demi hari sebagai penderita bipolar. Semakin hari semakin kuat dan selangkah demi selangkah maju dalam terang Tuhan. Buku yang layak dibaca.
Freddy Gunawan, seorang Kristen Penyintas Bipolar
Baru membaca cerita kesaksian hidupnya, sangat memberkati, saya putuskan segera sharing dengan pertimbangan: maraknya stigma sosial & beratnya imbas pandemi atas mental health. Kisah jujur penyintas Schizoaffective disorder, Bipolar, kecemasan & depresi berat jangka lama. Dalam titik nadir hidup kita, kadang suara Isteri Ayub begitu bergema, “Kutukilah Allah mu & matilah!” Baca lah buku ini dan dengarlah seruan Sang Gembala Agung, “Pujilah Allah mu & hiduplah!”
Danny Wiratama