“Saya membimbing Jeffrey dalam penulisan tesisnya di STTRII dari awal sampai selesai dan diujikan. Proses pembimbingan yang memakan waktu dua tahun itu disela oleh beberapa bulan ketika Jeffrey tidak dapat menulis karena gangguan kesehatan akibat obat-obatan yang harus diminumnya, dan beberapa bulan ketika Jeffrey mengalami masa yang sangat gelap akibat gangguan kejiwaannya. Suatu pagi, seperti biasa saya menyetir di jalan tol menuju kampus STTRII. Tiba-tiba arus kendaraan mengalami kemacetan parah, karena kecelakaan yang terjadi pada sebuah truk panjang pengangkut batang baja di depan. Saya berada di jalur paling kanan. Ketika menengok ke kanan, saya melihat di langit gumpalan awan yang sangat gelap, seolah hujan lebat akan turun. Namun yang aneh, di kejauhan langit tampak terang dan tidak ada awan. Saya heran. Sekitar setengah jam saya berada dalam kemacetan itu, sambil berulang kali menengok ke arah awan gelap di sebelah kanan saya. Kemudian sesuatu yang mengherankan terjadi. Di tepi awan gelap itu terlihat cahaya terang berwarna keemasan membingkai mengelilingi awan tersebut. Ah, itulah cahaya matahari, yang tetap berada di tempatnya di balik awan gelap, tidak berubah, tidak berpindah, tetap menyinarkan cahayanya yang tidak dapat dihalangi oleh awan segelap apa pun. Merenungkan “penampakan” tersebut, saat itu saya terpikir, apakah ini berhubungan dengan pergumulan hidup Jeffrey, dan penulisan tesis yang sedang diperjuangkannya.
Setelah Jeffrey lulus, dan sampai hari ini, saya yakin bahwa Allah yang Maha Pengasih, yang teramat mengasihi Jeffrey dan keluarganya, saat itu ingin memberikan konfirmasi bahwa di balik awan gelap hidup dan pergumulan jiwa Jeffrey, Allah yang tidak pernah berubah tetap ada di sana, bagaikan matahari yang tetap menyinarkan cahayanya dan tidak terhalangi oleh awan segelap apa pun. Buku ini, Jeffrey, merupakan konfirmasi kehadiran dan kehangatan cahaya matahari Allah yang kekal itu serta karya-Nya di dalam hidupmu.”